___________________________________________________________________________
Siapa yang percaya bahwa perang dan kelaparan didunia ini akan berakhir???
Siapa yang percaya bahwa perang dan kelaparan didunia ini akan berakhir???
Kupikir aku bisa percaya bahwa kelaparan akan berakhir,
Mungkin suatu hari nanti, secara ajaib orang-orang akan kaya sama rata.
Mungkin ada orang kaya yang kepalanya terbentur batu karang saat dia menyelam di lautan, hingga membuatnya teler. Selanjutnya ia menghamburkan uang dari atas sana, hingga orang-orang mengira saat itu terjadi hujan uang.
Atau mungkin banyak orang-orang fanatik dengan agama sehingga mau membagikan sebagian besar hartanya untuk orang-orang miskin yang kelaparan.
Kupikir mungkin itu bisa saja terjadi.....
Banyak hal didunia ini yang bisa membuat kelaparan akan berakhir, Begitu pula dengan perang.
Tapi aku tidak percaya dengan yang satu ini, "Dendam akan berakhir.
Begitu juga dengan saudaranya, "Iri" Juga adik iparnya, "Dengki".
Aku melihat orang-orang memendam rasa iri.
Seolah perasaan itu dipelihara dengan baik, saat kau menyaksikan tetangga sebelah kanan rumahmu membeli sebuah lemasi berwarna emas, dengan kemegahan yang membuat mata orang membelalak, seminggu kemudian kau bisa memastikan tetangga sebelah kirimu juga akan memiliki benda yang sama atau mungkin lebih mewah daripada yang dibeli tetanggamu yang lain padahal ia mencibir tetangga sebelah kananmu saat mereka membeli lemari berwarna emas itu. Yah, perasaan iri yang terpelihara dengan baik, tumbuh dengan rimbunnya didasar hati mahluk paling mulia dimuka bumi ini.
Dan siapa yang percaya bahwa perasaan itu akan musnah suatu saat???
Yang pasti aku tidak.
Aku hanya berharap, tapi aku tidak yakin dengan harapanku.
Entah mengapa aku tidak bisa percaya bahwa sifat itu akan binasa.
Kecuali suatu saat kelak, kalu memang ada, di syurga sana. Tempat dimana orang-orang baik yang menjadi penghuninya.
Tempat dimana hawa nafsu sudah tak lagi ada.
Tapi itu bukan terjadi secara alamiah, bukan.
Itu terjadi karena paksaan.
Semua kehendakmu telah dicabut, hingga kau tidak mempunya keinginan lagi, termasuk cinta, mungkin.
Ah, siapa yang peduli dengan syurga sialan itu.
Kau sudah melihat neraka dengan jelas, menghantui setiap gerak-gerikmu, membayangi jalan bahkan ketika kau hendak ke toilet.
Entahlah, aku ingin berterima kasih atau tidak pada malaikat pujangga, yang menurutku memiliki pesona paling kuat dan memiliki aura kewibawaan tertinggi dibanding lainnya. Jibril mungkin datang pada malam itu. Malam dimana ibu dan ayahku mengikik berdua di kamar tanpa pintu, sementara tiga dada milik nyawa lainnya sedang sedang bergerak naik mengatur mempertahankan nafas dengan mata terlelap di penghujung malam. Malam dimana awal mula aku dikirim ke dunia ini.
Adalah yang tak henti dinanti-nanti olah semua mahluk adalah Mika'il.
Terbang dengan kepakan sayap putih megahnya di tengah malam, membawa kantung ajaib seperti karung goni dan menaburkan isinya yang serupa debu pada padang lalang, padi serta tumbuhan lainnya.
Mengintip dari balik tirai pasangan suami istri, memberi mereka mimpi. Membawa satu hati untuk mengunjungi satu toko dan toko lain untuk berbagi kenikmatan. Ini yang orang-orang sebut dengan "Rizki".
Kupikir malaikat Ridwan adalah malaikat tertampan dari semua malaikat.
Itu karena pandanganku akan tugasnya sebagai penjaga pintu Syurga.
Tapi aku sempat berfikir bahwa mungkin dia adalah mahluk yang malang, yang sekarang lagi duduk-duduk diam di depan sebuah pintu megah bermahkota seraya menunggu Malaikat Izrafil meniup terompet raksasa yang dipercayakan padanya. Hingga saat itu terjadi, Ridwan harus tersenyum sepenuh hati pada semua (calon) penghuni syurga. Malaikat malang.....
Dan aku terganggu dengan Malaikat raqib juga Atid. Kurasa mereka sekarang sedang mengikik di sebalah kanan dan kiriku, menertawakan kekonyolanku karena tidak percaya bahwa rasa dendam akan berakhir. Atau mungkin mereka cemberut setengah mati karena aku telah menulis nama mereka di lembar blog-ku dan memutuskan untuk mengkutuk-ku hingga kelak aku harus berhadapan dengan malaikat Malik yang bengis.
Dan aku yakin ada setan yang mengakak di sebelah kiriku saat ini. Saling mecibir dengan kedua malaikat pengawalku. Aku membayangkan mereka saling mejulurkan lidah satu sama lain.
Itu mengingatkanku pada Presiden SBY dan Ibu mengawati yang sama-sama tengah memegangi permen lolipop sambil berpidato bergantian di depan publik.
Dan suatu saat nanti, Izrail akan menggeram padaku, menghunuskan pedang yang tak nampak, mengayunkan-nya seketika tepat pada saat aku menyeberangi jalan didunia nyata dan sebuah mobil meluncur dengan cepat, menabrakku, meyeretku sejauh 25 meter, dan aku mati.
Aku akan berwarna putih pucat, dan bertemu dengan Malaikat Munkar dan Nakir di tempat sempit yang tak kukenal sama sekali. Satu dari mereka membawa cambuk dengan warna mengerikan, bersimbah darah seolah habis mencambuk tetangga disebelah makamku. Mereka datang tanpa mengetuk papan kuburanku. Datang dengan raut wajah hitam dan memberiku pertanyaan konyol tentang siapa yang kusembah.
Tentu saja aku menyembah Tuhan. Siapa pula yang ingin menyembah setan idiot penyebar fitnah.
Tapi mereka memberiku pertanyaan lain tentang apakah aku bersembahyang atau tidak, aku berzakat atau tidak, aku berzina atau tidak, aku berjudi atau tidak, dan yang lebih parah mereka memberiku pertanyaan tentang apakah aku siap untuk ke-neraka.
Tentu saja aku tidak paham apa yang mereka tanyakan. aku tidak mempelajari bahasa arab.
Aku hanya tau bahasa Nasional negaraku, serta bahasa daerah ibuku.
Tapi jika mereka bertanya melalui bahasa yang kupahami, maka aku akan berhasil menjawab semua pertanyaan.
Aku menyembah Tuhan? Ya,
Aku sembahyang? Terkadang,
Aku berzakat? Tentu,
Aku berzina? Entahlah, kurasa tidak.
Aku berjudi? Tidak sama sekali.
Dan yang terakhir aku akan mejawab bahwa aku sudah pernah berada di neraka dan aku tak ingin lagi mengalaminya.....
Mereka bisa meninggalkanku setelah itu, dan tidak memperdulikanku lagi.
Selanjutnya aku berakhir di tangan sang penjaga pintu.
Siapa dari kedua malaikat ini yang ingin memeliharaku.
Aku tidak ingin meresa ke-PEDE-an Hingga berharap malaikat Ridwan akan menyambutku dengan tangan terbuka. Dan Kuharap malaikat Malik tidak ingin terlalu baik padaku hingga ingin memeliharaku dikandangnya.
Mereka bisa meninggalkanku di ruangan yang tak mereka jaga.
Aku dan Diriku.
Aku dan diriku tanpa raga.
Sesuatu yang tidak pernah ada.
Seperti layaknya, sebelum aku ada.
Seperti layaknya aku tidak pernah dibuat, aku tidak pernah diciptakan.
Sesuatu, bisa menghapus momen.
Saat dimana ibuku mengikik bersama ayahku di kamar tanpa pintu.
______________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar