Selasa, 29 Mei 2012

Gak Pake Judul 28

________________________________________________________________________________


GMT + 7, waktu Jakarta.
Dua hari di penghujung bulan.

Ada laki laki-laki laki brengsek, maka ada juga perempuan-perempuan brengsek. ( maaf untuk kata "laki" yang terlalu berderet itu). 

Aku tidak terlalu "ngefens" dengan kakakku belakangan ini.
Menurutku dia terlalu menjengkelkan sebagai seorang kakak. Tapi mana ada sih didunia ini orang yang sesama saudara yang tidak saling membenci. 

Aku tidak ingin membahas kakak-ku yang mungkin masuk kedalam kategori lelaki brengsek.
Dia bisa saja tampan, tapi aku muak dengan pacar-pacar noraknya yang kerap sok kecantikan itu.
Aku ingin bicara tentang perempuan brengsek.

Aku sudah menceritakan insiden merokok itu. Dan mungkin aku masuk dalam daftar perempuan tidak baik. Tapi perempuan tidak baik disini berbeda dengan perempuan brengsek.
Cowok identik dengan sifat hidung belangnya. Saat seorang cowok memiliki sifat itu, maka secara otomatis lebel brengsek akan menempel dijitnya secara tak kasat mata. Yah... yang teringat olehku adalah Rian. Aku tidak tau berapa cewek yang dia punya saat ini. Tapi yang pasti, dulu saat SMA dia hampir memiliki pacar hampir di setiap SMA yang ada di kotaku. Dan siapa yang tak mengenal Rian?. Dia cowok populer di sekolahku. Bukan karena prestasi, tapi karena ya... hidung belangnya itu. Alih-alih bicara populer, aku malah menganggapnya sebagai cowok tolol yang kurang kerjaan hingga tak ada kerjaan lain selain menggoda cewek-cewek yang juga sama tololnya. Dia bisa saja tampan, tapi kurasa dia tidak memiliki wibawa sama sekali. Dan Dia selalu tampak nyengir seperti orang idiot.

Tapi itu terserah sajalah...Toh bukan urusanku.
Dan dia itu laki-laki, dan kurasa wajar sajalah kalau dia ingin mengoleksi cewek-cewek tolol dengan lebel "Mantan Pacarnya Rian".

Mengimbangi ke-mata keranjangan Rian, ada Santi.
Cewek mungil berkulit putih dengan rambut ikal hitam dan tipis.
Yang aku tau berpacaran dengan lalaki hitam dan kentara sekali ke-jawa-annya.

Aku tidak harus mengakui bahwa mungkin kakakku adalah salah satu dari sekian banyak laki-laki brengsek itu. Dan aku mungkin adalah perempuan brengsek yang berusaha mengimbangi kebrengsekan saudaranya. Tapi ya Tuhan.... sebrengsek apapun tingkah yang pernah kulakukan, aku tidak pernah menjadi cewek yang terlalu begitu matre hingga seseorang yang saat ini adalah pacarku menjadi sangat kewalahan dengan tingkahku yang kentara sekali noraknya. Maksudku, ingin ini itu dengan melorotin duit pacar. Nyuruh ini itu kaya pembantu. 

Kuakui bahwa yang kulakukan sekarang adalah "mengumpat". Jika diperhalus maka akan menjadi "mengoreksi". Tapi tetap saja, apapun namanya, saat ini aku sedang membicarakan kejelekan orang di lembar Blog-ku. Lagi.

Dan melanjutkan umpatanku.
Orisinil sekali kisah si Santi ini. Maksudku, lihatlah. Dia berpacaran dengan seseorang yang apa ya? Bisa kubilang tidak terlalu tampan. Atau tidak tampan. Mungkin sama sekali tidak tampan. (Setidaknya itulah pendapatku tentang Edi, cowoknya santi). Tetapi dia itu juragan karet. Aku tak harus tahu berapa hektar kebun karet yang dia punya. Tapi berapapun itu, yang pasti si Edi ini adalah orang yang kaya. Atau setidaknya tidak miskin-miskin amat lah. Tapi yang kusayangkan adalah sifat ke katrok-annya itu lho.
Plis deh nek, Tetangga sebelah rumahku yang umurnya masih delapan tahun saja tau kalau aku sedang memperbudaknya saat aku menyuruhnya ke warung buat beli sesuatu. Masa ini seorang cowok berkepala dua nggak nyadar sama sekali saat lagi di kadalin cewek. Sebuta itukah cinta. Ohhhh, Tidak Buatku.
Beberapa kelompok kami kerap kasihan meliah Edi, dia naik turun tangga bersudut 45 derajat dengan tinggi setidaknya seratus meter di area kampus buat nyari buku di perpustakaan, selanjutnya memberikan buku itu kepada cewek tercintanya, hingga ia mesti melewati tangga yang tadi ia lewati dengan ngos-ngosan.
Dosen kami kerap mengganti ruang belajar saking tidak inginnya menuruni dan menaiki tangga. Jujur saja tangga di kampus kami terlalu menjengkelkan. Dan Santi, dia enak-enakan makan di kantin sementara cowoknya disuruh begituan. naik turun maksudku.

Tapi mana aku tau tentang cinta. Buta ataukah melek.
Aku kan tidak pernah jatuh cinta. Kalau naksir cowok, itu sih beda perkara.
Tapi menurut hati dan akalku yang sehat ini. Cinta itu buta tapi juga melek secara bersamaan.
Lihatlah si Edi. Cinta itu Buta.
Dan lihatlah si Santi. Cinta itu Sangat-sangat Melek. xixixi....
Cukup melek buat jadi sesuatu yang memberimu segalanya tanpa modal.
________________________________________________________________________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar