___________________________________________________________________________
==> Dan Sekarang aku melalukannya lagi.
Aku duduk di bawah pohon jarak, diatas bangku reot, menunggu Olin yang sudah kutelepon untuk yang ketiga kalinya dan dia selalu bilang "Bentar lagi Liv "
Pada telepon pertama aku masih sabar menunggu Olin yang bilang "bentar lagi Liv" itu. Tapi sekarang kesabaranku sudah habis dan seperti biasa kalau terlalu lama menunggu mataku mulai berair. Dan saat ini kesabaranku sudah habis.
Aku melambaikan tangan kejalan raya, memanggil tukang ojek yang memakai kostum seragam berwarna orange terang khas para tukang ojek dikotaku, jaket yang warnanya mirip dengan pakaian petugas kebersihan kota, juga mirip dengan jas almamater kampusku.
Seorang tukang ojek berperawakan jawa itupun menghampiriku.
"kemana mbak???"
Aku menyebutkan alamat tujuanku dengan suara bergetar menahan rasa dongkol.
_____
Ada hal yang mesti kukerjakan sebelum aku berangkat kekampus keesokan harinya. Hari ini aku punya jadwal kuliah siang bolong pukul satu tiga puluh. Ibuku meminta supaya aku membayar tagihan listrik, telepon, serta PDAM. Aku tak perlu repot-repot menelpon Olin untuk berangkat bersamaku. Kemarin aku berkali-kali mengabaikan teloponnya. Aku juga mengabaikan pesannya.
"Oliv, Kamu dimana?"
"Liv, Kok gak ada?"
"Liv, Dimana sih?"
"Liv, Bales dongggg"
"Liv, Angkat kenapa sih"
"Liv,,,,"
"Liv...."
"Olivia..."
Dan ada getar telepon diantara pesan-pesan itu. Aku sengaja mematikan nada ponselku agar tidak mengganggu.
Aku hanya bermaksud mengungkapkan kekesalanku pada Olin. emang enak nunggu sebegitu lama.
Aku mampir dikantor pos, menunggu antrian diantara orang-orang yang bermaksud sama denganku.
Aku duduk dikursi berwarna biru terang, tepat bersebelahan dengan perempuan gemuk seusia ibuku. Wanita jawa berkulit gelap serta bertampang cerewet dan membosankan.
Kalau ada orang yang kubenci itu adalah orang jawa. Aku tak tau mengapa demikian. aku benci melihat mereka berkeliaran di seantro nusantara, merembet dan berkembang biak dengan cepat seperti virus atau jamur. Lihatlah di seluruh penjuru negeri ini, provinsi mana yang tidak dihuni oleh orang jawa, kurasa tidak ada lagi sejak pemerintah menetapkan transmigrasi dari pulau jawa kepulau-pulau diluar pulau tersebut. Dan mengapa mereka tidak ingin berhenti punya anak, apa mereka nggak paham bahwa dunia ini sudah sesak. Mereka beranak pinak hingga penduduk lokal seolah punah karenanya.
Dan parahnya mereka kasar.
Kukira orang-orang benar saat bilang bahwa perempuan jawa berhati lembut dan sangat ramah, tapi ternyata itu adalah hal yang sangat salah. Kupikir orang jawa jauh lebih kasar dari pada orang batak yang memang punya tampang sangar. Tapi mungkin itu dikarenakan faktor ketidakkenalanku pada mereka.
_____________________________________________________________________________
==> Dan Sekarang aku melalukannya lagi.
Aku duduk di bawah pohon jarak, diatas bangku reot, menunggu Olin yang sudah kutelepon untuk yang ketiga kalinya dan dia selalu bilang "Bentar lagi Liv "
Pada telepon pertama aku masih sabar menunggu Olin yang bilang "bentar lagi Liv" itu. Tapi sekarang kesabaranku sudah habis dan seperti biasa kalau terlalu lama menunggu mataku mulai berair. Dan saat ini kesabaranku sudah habis.
Aku melambaikan tangan kejalan raya, memanggil tukang ojek yang memakai kostum seragam berwarna orange terang khas para tukang ojek dikotaku, jaket yang warnanya mirip dengan pakaian petugas kebersihan kota, juga mirip dengan jas almamater kampusku.
Seorang tukang ojek berperawakan jawa itupun menghampiriku.
"kemana mbak???"
Aku menyebutkan alamat tujuanku dengan suara bergetar menahan rasa dongkol.
_____
Ada hal yang mesti kukerjakan sebelum aku berangkat kekampus keesokan harinya. Hari ini aku punya jadwal kuliah siang bolong pukul satu tiga puluh. Ibuku meminta supaya aku membayar tagihan listrik, telepon, serta PDAM. Aku tak perlu repot-repot menelpon Olin untuk berangkat bersamaku. Kemarin aku berkali-kali mengabaikan teloponnya. Aku juga mengabaikan pesannya.
"Oliv, Kamu dimana?"
"Liv, Kok gak ada?"
"Liv, Dimana sih?"
"Liv, Bales dongggg"
"Liv, Angkat kenapa sih"
"Liv,,,,"
"Liv...."
"Olivia..."
Dan ada getar telepon diantara pesan-pesan itu. Aku sengaja mematikan nada ponselku agar tidak mengganggu.
Aku hanya bermaksud mengungkapkan kekesalanku pada Olin. emang enak nunggu sebegitu lama.
Aku mampir dikantor pos, menunggu antrian diantara orang-orang yang bermaksud sama denganku.
Aku duduk dikursi berwarna biru terang, tepat bersebelahan dengan perempuan gemuk seusia ibuku. Wanita jawa berkulit gelap serta bertampang cerewet dan membosankan.
Kalau ada orang yang kubenci itu adalah orang jawa. Aku tak tau mengapa demikian. aku benci melihat mereka berkeliaran di seantro nusantara, merembet dan berkembang biak dengan cepat seperti virus atau jamur. Lihatlah di seluruh penjuru negeri ini, provinsi mana yang tidak dihuni oleh orang jawa, kurasa tidak ada lagi sejak pemerintah menetapkan transmigrasi dari pulau jawa kepulau-pulau diluar pulau tersebut. Dan mengapa mereka tidak ingin berhenti punya anak, apa mereka nggak paham bahwa dunia ini sudah sesak. Mereka beranak pinak hingga penduduk lokal seolah punah karenanya.
Dan parahnya mereka kasar.
Kukira orang-orang benar saat bilang bahwa perempuan jawa berhati lembut dan sangat ramah, tapi ternyata itu adalah hal yang sangat salah. Kupikir orang jawa jauh lebih kasar dari pada orang batak yang memang punya tampang sangar. Tapi mungkin itu dikarenakan faktor ketidakkenalanku pada mereka.
_____________________________________________________________________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar