______________________________________________________________________________
Akhirnya.....
Setelah lebih dari 3 jam menunggu akhirnya giliranku tiba.
Kau tau betapa menjengkelkannya menunggu.
Hal yang paling ku benci adalah hal itu. M.E.N.U.N.G.G.U
Kalau membicarakan kejelekan orang adalah hal yang paling fantastis dan menyenangkan, maka menunggu adalah kebalikannya.
Dulu saat usiaku kira-kira sebelas tahun, aku pernah ikut ayahku berbelanja.
Dan saat belanjaannya menumpuk, akupun diminta menunggu di terminal bus, sementara ia masuk kembali ke area pasar mencari sesuatu yang kecil, yang terlupakan olehnya.
Jadilah akhirnya aku menunggu di dekat tumpukan barang belanjaan ayahku.
Lima menit pertama aku masih menikmati momen menunggu itu, begitu pula sepuluh menit berikutnya.
Tapi aku mulai risau saat tiga puluh menit berikutnya ayahku belum juga muncul.
Dari risau akhirnya aku menjadi jengkel saat jam hampir berputar tiga ratus enampuluh derajat.
Aku ingat bagaimana aku jengkel setengah mati saat itu.
Dari jengkel aku akhirnya menjadi marah.
Aku mereasakan sesak di bagian dada ku. Ada rasa sakit yang menyembul seolah aku baru menelan batu hitam sebesar kepalan tangan bayi. Aku sadar bagaimana saat itu mataku mulai berair menahan rasa dongkol pada ayahku karena telah membuatku menunggu sebegitu lama.
Well, sore aku menunggu giliranku untuk masuk ruangan dokter jon.
Dokter Jon adalah dokter gigi ternama di kotaku.
Aku berniat mencabut tiga gigi keroposku sekaligus.
Jadi aku berangkat ke tempat praktek si dokter dan menunggu mulai dari pukul empat sore. pukul dimana si dokter mulai buka.
Aku bukan yang pertama datang, ada sepasang suami istri, serta seorang perempuan berkerudung bersama seorang anak kecil kira-kira delapan tahun yang mungkin adalah anaknya.
Aku sudah mengantisipasi diriku akan "Menunggu".
Jadi aku membawa sebuah novel yang belum selesai kubaca, dan membacanya diruang tunggu dokter Jon sembari menunggu giliranku. Tapi hingga novelku selesai ku baca, giliranku belum juga tiba. Ada beberapa orang yang baru datang, serta seorang anak SMA yang sama jengkelnya denganku karena mengunggu.
Jam lima, jam enam, dan azan maghribpun berkumandang.
Aku menelpon beberapa temanku untuk menghilangkan rasa sakit yang mulai datang.
Menelpon teman yang lain setelah aku mengakhiri salah satu telepon temanku.
Yap, menunggu membuatku marah dengan dokter JON, juga dengan asisten yang duduk dibelakang meja, yang wajahnya jelek dan suaranya kasar menggelegar. Bahkan saking jengkelnya, aku berniat mencoret-coret dinding di ruang tunggu dan meludah ditempat yang sama untuk mengekspresikan rasa jengkelku.
Yap... menunggu itu buruk.
Itu sebabnya aku selalu berusaha untuk datang tepat waktu saat ada janji dengan seseorang.
Aku tidak ingin membuat seseorang marah padaku "hanya" karena menunggu.
Dan jangan membuatku menunggu,
Sebab aku mungkin bisa saja meninggalkanmu.
Aku bisa saja membunuhmu.
Hari itu aku pulang kerumah pukul 08.30 dengan pipi yang terasa mengembung karena pengaruh obat bius, Serta dengan gusi yang sudah ompong tepat di tempat tiga gigi gerahamku tanggal.....
________________________________________________________________________________
Akhirnya.....
Setelah lebih dari 3 jam menunggu akhirnya giliranku tiba.
Kau tau betapa menjengkelkannya menunggu.
Hal yang paling ku benci adalah hal itu. M.E.N.U.N.G.G.U
Kalau membicarakan kejelekan orang adalah hal yang paling fantastis dan menyenangkan, maka menunggu adalah kebalikannya.
Dulu saat usiaku kira-kira sebelas tahun, aku pernah ikut ayahku berbelanja.
Dan saat belanjaannya menumpuk, akupun diminta menunggu di terminal bus, sementara ia masuk kembali ke area pasar mencari sesuatu yang kecil, yang terlupakan olehnya.
Jadilah akhirnya aku menunggu di dekat tumpukan barang belanjaan ayahku.
Lima menit pertama aku masih menikmati momen menunggu itu, begitu pula sepuluh menit berikutnya.
Tapi aku mulai risau saat tiga puluh menit berikutnya ayahku belum juga muncul.
Dari risau akhirnya aku menjadi jengkel saat jam hampir berputar tiga ratus enampuluh derajat.
Aku ingat bagaimana aku jengkel setengah mati saat itu.
Dari jengkel aku akhirnya menjadi marah.
Aku mereasakan sesak di bagian dada ku. Ada rasa sakit yang menyembul seolah aku baru menelan batu hitam sebesar kepalan tangan bayi. Aku sadar bagaimana saat itu mataku mulai berair menahan rasa dongkol pada ayahku karena telah membuatku menunggu sebegitu lama.
Well, sore aku menunggu giliranku untuk masuk ruangan dokter jon.
Dokter Jon adalah dokter gigi ternama di kotaku.
Aku berniat mencabut tiga gigi keroposku sekaligus.
Jadi aku berangkat ke tempat praktek si dokter dan menunggu mulai dari pukul empat sore. pukul dimana si dokter mulai buka.
Aku bukan yang pertama datang, ada sepasang suami istri, serta seorang perempuan berkerudung bersama seorang anak kecil kira-kira delapan tahun yang mungkin adalah anaknya.
Aku sudah mengantisipasi diriku akan "Menunggu".
Jadi aku membawa sebuah novel yang belum selesai kubaca, dan membacanya diruang tunggu dokter Jon sembari menunggu giliranku. Tapi hingga novelku selesai ku baca, giliranku belum juga tiba. Ada beberapa orang yang baru datang, serta seorang anak SMA yang sama jengkelnya denganku karena mengunggu.
Jam lima, jam enam, dan azan maghribpun berkumandang.
Aku menelpon beberapa temanku untuk menghilangkan rasa sakit yang mulai datang.
Menelpon teman yang lain setelah aku mengakhiri salah satu telepon temanku.
Yap, menunggu membuatku marah dengan dokter JON, juga dengan asisten yang duduk dibelakang meja, yang wajahnya jelek dan suaranya kasar menggelegar. Bahkan saking jengkelnya, aku berniat mencoret-coret dinding di ruang tunggu dan meludah ditempat yang sama untuk mengekspresikan rasa jengkelku.
Yap... menunggu itu buruk.
Itu sebabnya aku selalu berusaha untuk datang tepat waktu saat ada janji dengan seseorang.
Aku tidak ingin membuat seseorang marah padaku "hanya" karena menunggu.
Dan jangan membuatku menunggu,
Sebab aku mungkin bisa saja meninggalkanmu.
Aku bisa saja membunuhmu.
Hari itu aku pulang kerumah pukul 08.30 dengan pipi yang terasa mengembung karena pengaruh obat bius, Serta dengan gusi yang sudah ompong tepat di tempat tiga gigi gerahamku tanggal.....
________________________________________________________________________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar